Meskipun terdapat kemungkinan dijebak, tetapi Cao Cao tetap saja menempuh marabahaya melakukan penyerbuan.
Akan tetapi, entah karena Lu Bu sudah memasang pendeteksi dini, ataukah klan tersebut telah mengkhianatinya, pasukan Cao Cao masih saja kalah, sewaktu pasukannya mundur Cao Cao juga telah kehilangan kekuatan pasukan utamanya dan terlepas kontak dengan pasukannya.
Tiba-tiba, di depan Cao Cao muncul beberapa pasukan kavaleri, karena sendirian tentu bukan lawan tanding bagi musuh, jika melawan pasti mati. Pasukan musuh datang melesat dan menangkap Cao Cao, dan menanyainya dengan keras, “Cao Cao dimana?”
Dari bentakan pasukan musuh itu, hati Cao Cao yang semula gugup kini malah menjadi relaks. Cao Cao berpikir dalam hati, “Ternyata pasukan ini sama sekali tidak mengenaliku.”
Di dalam situasi gawat timbul kecerdikan, telunjuknya sekenanya menuding ke arah prajurit yang menunggang kuda kuning sambil berkata, “Itu dia.”
Pasukan berkuda itu segera melepas Cao Cao untuk mengejar prajurit yang berkuda kuning. Maka Cao Cao bergegas menuju keluar kota, berhasil menerobos kepungan api dan lolos dari pintu timur, hanya ada keterkejutan tapi tak ada bahaya dan ia berhasil kembali dengan selamat ke markasnya.
Tidak gugup dan tidak terburu nafsu sewaktu menghadapi marabahaya, barulah berhasil memunculkan kecerdikan, dan begitu inspirasi tergerak, terlontarlah siasat jitu. (edu.ocac.gov.tw/Minghui School/whs)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar