Pelops bertarung dengan sebuah kereta tempur bersayap untuk memenangkan istri dan kerajaannya.
Mungkin ini adalah dongeng yang paling abadi tentang Olimpiade dan juga yang paling berkemanusiaan.
Kita telah melihat bagaimana Olimpiade telah diciptakan oleh dewa-dewa, kita telah juga melihat ini telah dimulai oleh seorang manusia separuh dewa, akan tetapi sekarang kita melihat bahwa sesungguhnya ini ditemukan oleh seorang manusia biasa, yang bernama Pelops dan lahir di Yunani.
Pada saat Pelops tumbuh dewasa, dia meninggalkan tanah Olympia yang pada saat itu diperintah oleh Raja Oenomaus. Sang Raja menawarkan putrinya Hippodameia untuk dinikahkan kepada siapa yang dapat memenangkan pertandingan kereta tempur Raja.
Akan tetapi terdapat sebuah ketentuan, yakni apabila peminang kalah dalam pertempuran akan mendapatkan hukuman pancung. Raja Oenomaus telah menghias pilar-pilar di istananya dengan kepala para petarung yang kalah.
Alasan dari pertandingan berdarah Raja Oenomaus ini adalah, adanya sebuah ramalan yang dibuat oleh peramalnya yang mengatakan bahwa di masa mendatang, menantu lelakinya akan bertanggung jawab atas kematiannya.
Khawatir akan kekalahannya, Pelops berdoa kepada Poseidon, dewa Laut dan saudara lelaki Zeus. Poseidon memberikan Pelops sebuah kereta tempur yang ditarik oleh kuda-kuda bersayap untuk menjamin kemenangannya.
Hippodameia yang sejak mula telah jatuh cinta kepada Pelops, sangat khawatir kalau dia mungkin akan kalah dalam pertandingan, dan kehilangan nyawanya. Sesaat sebelum pertandingan dimulai dia merubah pasak penjaga roda perunggu milik kereta tempur ayahnya dengan sesuatu yang terbuat dari lilin lebah.
Meskipun memiliki kereta tempur bersayap. Pelops pada akhirnya harus menghadapi Raja Oenomaus. Ketika terlihat sepertinya sang Raja akan memetik kemenangan, lilin lebah pada pasak penjaga roda meleleh sehingga mengakibatkan kereta tempurnya hancur dan patah akhirnya Oenomaus terseret hingga meninggal.
Pelops menjadi Raja Olympia dan bersama istrinya Hippodameia, dia menciptakan Pertandingan Olimpiade sebagai pujian terhadap dewa-dewa dan untuk menghormati kematian Raja Oenomaus.
Bagaimanapun asal usul Pertandingan Olimpiade, tradisi mereka berlanjut hingga hari ini. Orang - orang masih menghormati teladan dari kekuatan, keberanian dan keolahragaan, serta teladan dari perdamaian dan keselarasan bagi semua orang dimanapun. (The Epoch Times/rtn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar