Selasa, 03 Maret 2009

Cincin Sakti

Dahulu ada sebuah kerajaan bernama kerajaan Sangrila. Rajanya bernama Mahawuni. Ia didampingi seorang permaisuri bernama Cendana. Pangeran Hawuna adalah satu-satunya putra mahkota yang kelak menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Pada suatu hari Pangeran Hawuna berburu ke hutan beserta pengawalnya. Dahulu masih banyak hutan yang belum pernah terjamah manusia. Dengan berbagai perlengkapan, Pangeran Hawuna masuk ke dalam hutan belantara. Sudah berhari-hari, Pangeran Hawuna bersama seorang pengawalnya menjelajahi hutan, namun belum seekor binatangpun berhasil ditangkap. Binatang yang mereka incar selalu lepas. “Hari-hari sial,” kata pengawalnya kepada Pangeran Hawuna. Pangeran Hawuna membangun kemah dari dedaunan di tengah semak-semak. Tiba-tiba…..”Hantu!” seru pengawal Pangeran Hawuna sambil menunjuk semak-semak bergerak diiringi rintihan tangis seorang wanita. Pangeran Hawuna segera siaga dengan alat-alat buruannya.

“Aku bukan hantu!” seru seorang gadis berpakaian kumal yang muncul dari rimbunan semak itu. “Namaku Nuri,” tambah gadis cantik itu memperkenalkan diri sambil berjabatan tangan dengan Pangeran Hawuna. Pangeran Hawuna menerimanya dengan senang hati, betapapun masih diliputi rasa keraguan. Nuri menceritakan bahwa dirinya berasal dari kerajaan Bintan. Ia puteri Raja yang diculik Nenek sihir jahat. Saat itu pun, ia masih berada di dalam cengkeraman tangan si Nenek Sihir. Usaha meloloskan diri selalu gagal. Namun, ia selalu mohon kepada Sang Deawata agar bisa segera bebas dari jerat kesaktian si Nenek sihir.

“Hey Nuri! Cepat kembali ke gua!” perintah Nenek Sihir yang muncul tiba-tiba. Ia tertawa melengking dan menakutkan. Pakaian dan rambutnya kumal. Badannya kurus dan bungkuk. Setiap membuka mulut, giginya mengeluarkan pancaran sinar kekuning-kuningan. Tangan kanannya memegang tongkat berkepala ular naga yang dari lidahnya mengeluarkan cahaya merah. Tongkat itu adalah tongkat ajaib, sebagai senjata andalan Nenek Sihir. Di bawah pengaruh sihir itu, Putri Nuri melesat ke angkasa, terbang mengikuti kemauan nenek sihir.

Pangeran Hawuna berusaha mengejar, namun sia-sia. Bahkan ia terpisah dari pengawalnya. Hari menjelang malam, Pangeran Hawuna pun merasa lelah. Ia beristirahat di bawah pohon. Dilihatnya sebuah lentera di sebuah gubuk dekat dengan tempatnya istirahat. Perlahan-lahan Pangeran Hawuna mendekati gubug itu. “Siapakah kau?” sapa seorang kakek berjubah putih dan memakai ikat kepala putih. Janggutnya juga putih memanjang. Tampaknya ia adalah seorang kakek sakti. Pangeran Hawuna segera duduk bersila di hadapannya. Ia memperkenalkan diri dan mengutarakan maksud tujuannya.

“Oh, nenek sihir itu memang jahat sekali. Aku tidak mampu melawannya. Kaulah yang kutunggu-tunggu. Menurut firasatku kaulah yang mampu menandingi kesaktian nenek sihir itu,” ucap kakek sakti kepada Pangeran Hawuna sambil memberikan sebuah cincin bersinar yang menyilaukan. Cincin itu adalah cincin ajaib. Kakek sakti menekankan bahwa untuk melawan nenek sihir harus berhati-hati dan waspada. Cincin ajaib harus digosok terlebih dahulu sambil mengucapkan mantra yang harus diulang tiga kali. Cincin ajaib akan segera mengeluarkan cahaya yang sangat panas dan akan membakar lawan yang dihadapi. Kakek sakti segera mengenakan Cincin Sakti di jari manis tangan kiri Pangeran Hawuna. Seketika itu juga Pangeran Hawuna tampak memancarkan sinar yang berkilauan. Sinar cincin sakti telah menyatu dengan tubuh Pangeran Hawuna. Keberaniannya semakin bertambah. Semangatnya berkobar-kobar. “Aku akan menyertai perjuanganmu,” ucap kakek sakti pelan seraya menumpangkan kedua belah tangannya di kepala Pangeran Hawuna. Pangeran Hawuna mengucapkan terima kasih dan segera mohon diri.

Suasana Kerajaan Sangrila gempar, karena pengawal Pangeran Hawuna telah tiba di istana Kerajaan Sangrila dan melaporkan pada Raja Mahawuni bahwa Pangeran Hawuna telah diculik oleh nenek sihir penguasa hutan belantara. “Cari sampai ketemu!” perintah Raja Mahawuni kepada para pengawalnya. Perintah Raja Mahawuni dilaksanakan dengan menyiapkan ratusan prajurit khusus yang sudah terlatih dan biasa menjelajahi hutan belantara. Berhari-hari mereka menjelajahi hutan belantara, tetapi Pangeran Hawuna tidak dapat ditemukan. Mereka menjadi putus asa, tetapi tidak ada yang berani kembali ke istana karena khawatir mendapat hukuman dari Raja Mahawuni.

Sementara itu, Pangeran Hawuna dengan tangkas dan dan cerdiknya melompat dari pohon ke pohon berusaha menemukan puteri Nuri. Berkat kesaktian cincin sakti itulah Pangeran Hawuna dapat terbang sambil mengamati gua tempat nenek sihir. Pangeran Hawuna tiba disebuah gunung batu yang tinggi. Ia mengamati dengan seksama keadaan gunung itu. Didapatinya sebuah pintu batu besar yang dijaga raksasa menakutkan. Pangeran Hawuna ingin segera melewati pintu itu, tetapi raksasa itu melarangnya. Terjadilah pertempuran seru. Pangeran Hawuna segera membaca mantra sambil menggosok cincin sakti. Raksasa itu pun berteriak kepanasan dan akhirnya tewas terbakar.

“Hey anak muda! Wilayah ini adalah daerah kekuasaanku! Enyahlah kau!” bentak nenek sihir jahat sambil tertawa melengking. “Jangan buang waktu. Gosok cincin saktimu!” suara kakek sakti terngiang di telinga Pangeran Hawuna. Seketika itu juga, Cincin Sakti mengeluarkan sinar menyilaukan. Terjadilah pertempuran adu kesaktian yang seru. Nenek sihir jahat terpojok dan segera dihantam sinar menyilaukan cincin sakti. “Aduuh, aku tak tahan! Silau, panas!” pekik si nenek sihir. Tubuhnya menggelepar-gelepar terbakar. Akhirnya nenek sihir itu tewas. Puteri Nuri berhasil dibebaskan dan segera berkumpul kembali dengan keluarganya.

Moral : Belalah orang yang membutuhkan bantuan.Kejahatan pasti akan terkalahkan dengan kebaikan dan kebenaran.

Sumber : Elexmedia

Tidak ada komentar: