Song Jiu adalah seorang hakin negara Bian yang dekat dengan perbatasan negara Liang sebelum dia menjabat sebagai pejabat tinggi. Negara lain dari perbatasan tersebut adalah negara Chu. Kedua negara tersebut menabur benih melon di perbatasan dan masing-masing akan memeriksa bersama-sama hasil panen buah melon mereka. Penduduk negara Liang sangat rajin dalam bertani dan mengairi kebun mereka setiap hari. Sehingga kebun melonnya tumbuh dengan sangat baik. Penduduk negara Chu malas bekerja dan melalaikan pengairan. Sehingga mengakibatkan kebun melonnya tidak tumbuh dengan bagus.
Setelah itu lalu penduduk negara Liang mengairi kebun melon milik penduduk negara Chu secara diam-diam di malam hari. Kadang-kadang penduduk negara Chu juga mengairi kebun melonnya disiang hari. Sehingga pada akhirnya kebun milik penduduk negara Chu tumbuh dengan baik. Orang-orang dari negara Chu merasa bingung, mengapa melon mereka dapat tumbuh dengan baik padahal mereka merasa kurang dalam bekerja. Mereka mulai menyelidiki rahasia dibalik semua ini, dan kemudian ditemukan bahwa karena penduduk Linglah yang telah mengairi secara diam-diam kebun melon milik mereka. Ketika hakim dari negara Chu mengetahui tentang kebenaran tersebut, dia merasa senang lalu melaporkan semuanya ini kepada raja negara Chu. Raja negara Chu merasa malu atas perbuatan yang dilakukan oleh rakyatnya dan berkata kepada hakim, “bagaimana engkau bisa membiarkan rakyatmu untuk merusak kebun melon milik rakyat negar Liang?. Itu sangat jelas sekali bahwa rakyat negara Liang memiliki sebuah hati yang sangat mulya dibandingkan dengan rakyat Chu”. Raja negara Chu lalu mengirim banyak uang kepada negara Liang sebagai rasa terimakasih dan rasa maaf dan menyampaikan keinginannya untuk menjalin hubungan persahabatan diantara kedua negara. Kedua negara tersebut menjalin hubungan persahabatan karena perilaku Song Jiu.(erabaru.or.id)*
Disadur dari cerita idiom, “mengairi kebun melon milik negara tetangga”, yang artinya adalah perkelahian yang tidak perlu dilakukan hanya karena masalah yang tidak berarti.
Translated from : http://www.zhengjiang.org/zj/articles/2005/6/13/23888.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar