Selasa, 17 Maret 2009

Kekuatan Magis Sebuah Senyuman

Smiled Angle
Gereja kristal sangat besar yang berada di California telah dihias total demi merayakan hari Natal, 2400 penonton dengan tenang sedang duduk di bawah. Aku berdiri di atas balkon ruangan dalam gereja, melihat seorang teknisi sedang memasangkan alat pelindung untukku. Sebentar lagi, aku akan digantung di langit-langit menggunakan seutas tali, menjadi seorang bidadari yang terbang untuk mengikuti pertunjukan di “upacara Natal yang meriah” ini.

Sejak dua tahun lalu setelah aku melihat perayaan Natal ini di televisi, aku sudah berkeinginan mengikuti pertunjukan ini. Ini merupakan pertunjukan yang paling meriah yang pernah saya lihat, dan yang paling membuat aku tersentuh adalah bidadari yang terbang kian kemari di atas panggung. Anak perempuan mana yang tidak pernah bermimpi untuk bisa menjadi bidadari di masa kecilnya?

Sekarang aku berdiri di tepi balkon bersiap-siap untuk “terbang”. Pengurus panggung mengikat erat alat pelindung di tubuhku, dan menarik talinya. Aku mendadak menjadi sangat tegang, apakah tali itu cukup untuk menahan berat badanku? Bagaimana andaikan putus? Pengurus panggung sepertinya telah mengetahui kekawatiranku. “Jangan khawatir, belum pernah ada yang gagal kok”, dengan nada menghibur dia berkata kepadaku.

Aku mengerti sudah tidak ada jalan mundur bagiku, impianku segera akan terwujud. Dua tahun yang lalu ketika mulai mengikuti tes untuk mendapat peran sebagai bidadari, setiap tahun selalu tersingkir pada putaran pertama.

Saat seleksi peserta, seorang guru tari akan mengajarkan kepada kami sepotong tarian, lalu mempersilakan kami untuk meniru. Aku tidak mahir dalam menari, ketika ditest nampaknya sangat kaku.

Sebenarnya aku sudah berniat untuk melepaskan keinginanku di tahun ketiga ini. Akan tetapi ada seorang teman memberi tipsnya kepadaku, dia sendiri sudah dua tahun berturut-turut sukses terpilih sebagai bidadari.

Diam-diam dia membisikkan rahasianya kepadaku, “Kunci sukses untuk menghadapi tes itu adalah selalu tersenyum, dan harus menatap ke mata panitia penguji. Tidak peduli gerakan tarianmu amburadul, mereka tidak akan memperhatikan gerakan tarianmu!”

Walaupun masih memendam keraguan dalam benakku, tetapi sarannya itu tetap aku laksanakan. Ketika langkah tarianku kurang tepat, aku tersenyum, ketika lenganku kurang lancar untuk dijulurkan, aku tersenyum, ketika aku salah memutarkan badan, aku tetap tersenyum.

Meskipun senyuman tidak mengubahku menjadi penari yang handal, namun dia telah membuat proses penyeleksian ini menjadi lebih gembira. Aku sudah tidak khawatir lagi dengan tarianku yang ku-rang sempurna, bahkan terbenam dalam perasaan menjadi seorang bidadari. Aku sedang membayangkan terbang tinggi di angkasa, merasa bangga atas kecantikan diriku.

“No 12!”, selesai melakukan babak seleksi ini, pelatih tarian memanggil nomor urutku. “Mohon tinggal untuk mengikuti putaran kedua!”
Wow! Aku berhasil lolos! Saat itulah aku baru merasakan capai pada kedua pipiku hampir sama dengan yang terjadi pada kedua kakiku, mungkin inilah modal dari tersenyum.

Melalui latihan yang susah payah selama beberapa minggu, akhirnya aku sekarang bisa berdiri di tepi balkon, di sini adalah titik awal penerbanganku. Saking gembiranya hatiku, hingga membuat kedua kaki merasa kesemutan.

Lalu aku mengambil nafas dalam-dalam, berusaha keras mengingat gerakan yang harus dilakukan di udara sesuai dengan permintaan pelatih, ”Harus dimulai dengan gerakan awal tarian ballet, lengan dijulurkan dari belakang punggung, bahu harus sedikit diturunkan, tubuh harus ditegangkan, jika tidak, tidak akan mudah berputar di atas udara!”

Para bidadari yang lain sudah menerima pelatihan tari selama beberapa tahun, tetapi untukku adalah perkecualian. ”Sudah siapkah kalian?” Pengurus panggung bertanya. Diam-diam aku menghibur diri: kamu memiliki teknisi panggung, ada tali dan alat pelindung yang kokoh; kamu sudah pernah mendapatkan pelatihan yang susah payah selama beberapa minggu, kamu juga punya teman yang selalu menyemangati.

“Sudah siap”, kataku memberitahu pengurus panggung. Kemudian aku merasakan ada tenaga tarikan yang ringan pada bagian perut. Aku telah terbang di udara, dalam hati penuh dengan kegembiraan. Aku telah terbang! Makin terbang semakin tinggi, sudah melampaui tingginya balkon. Lalu kujulurkan kedua lengan dan mulai tersenyum. Masih adakah perasaan yang lebih bebas dan lebih aman dari perasaan saat ini?

Pertunjukan berjalan dengan sangat lancar. Ketika aku terbang lewat di atas kepala para penonton, mungkin aku telah berbuat sedikit kesalahan, tetapi siapa yang memperdulikannya? Semua masalah ini aku campakkan ke belakang. Kini, aku adalah seorang bidadari yang tersenyum bahagia.

Tahun berikutnya aku pindah dari California, dan sejak itu tidak pernah lagi mengikuti pertunjukan ”upacara Natal yang meriah”. Tetapi tidak peduli kemana pun aku pergi, setiap saat terutama ketika dirundung perasaan takut dan curiga, aku akan selalu tersenyum, karena senyuman itu akan membuatku kembali penuh berkeyakinan. Karena kutahu, senyuman itu memiliki daya magis yang sangat menakjubkan. Dia pernah mewujudkan keinginanku terbang di angkasa bagaikan seorang bidadari. (The Epoch Times/lin)

Tidak ada komentar: