Dia adalah guru privat sang pangeran dan terkenal dengan sifatnya yang jujur, pemaaf dan toleransi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Suatu hari ia mengajak seorang kusir dan membawa kuda keluar kota
Untuk suatu alasan yang aneh, si kusir menjadi terlibat dalam suatu perkelahian kecil dengan seorang pemabuk jalanan yang pada saat itu telah menyandungnya dan mengeluarkan cercaan.
Menteri Du bertindak seolah-olah tidak mendengar satu patah kata pun. Setibanya Du di rumah, pemabuk itu meneruskan caciannya di luar kediaman Du.
Keesokan paginya setelah tersadar dari mabuknya, pemabuk itu mengetahui dari orang lain bahwa ia telah mencerca dan merendahkan sang menteri sepanjang malam. Kemudian dia segera pergi mendatangi rumah kediaman menteri untuk minta maaf.
Du tidak mencacinya, bahkan memberi satu koin perak yang cukup bagi pemabuk itu untuk memulai sebuah usaha kecil. Laki-laki itu pergi dengan air mata di wajahnya.
Kemudian si pemabuk itu membuang gaya hidupnya yang tidak baik dan mulai bekerja keras untuk menjadi seorang manusia yang baik. Setiap tahun ia akan berkunjung ke tempat kediaman menteri Du, berlutut di depan Du untuk menyampaikan rasa terima kasihnya karena pengampunan yang diterimanya, menunjukkan rasa hormatnya serta berterima kasih atas bantuan keuangan yang ia terima. (The Epoch Times/lia)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar