Selasa, 17 Maret 2009

Parfum Alami Dapat Sebarkan Alergi


Beberapa orang sangat peka dengan parfum, antaralain penyebab iritasi kulit

Beberapa orang sangat peka terhadap parfum, antara lain menyebabkan iritasi kulit.

Sangat peka dengan parfum adalah alergi kontak yang paling umum terjadi pada orang dewasa. Penelitian pada Universitas Gothenburg memperlihatkan bahwa minyak wangi alami pun, yang kebanyakan dianggap tidak membahayakan dibandingkan dengan parfum buatan, dapat juga menyebabkan reaksi alergi.

Secara acak dipercaya bahwa satu di antara lima orang dewasa di Eropa Utara menderita alergi bila bersentuhan/kontak dengan satu atau lebih bahan kimia. Yang paling umum adalah alergi terhadap nikel, tetapi banyak orang juga menderita alergi bila bersentuhan dengan parfum, bahkan bahan parfum yang pada awalnya kelihatannya tidak berbahaya ternyata dapat menyebabkan reaksi alergi.

Eksema/eksim baru yang dapat menimbulkan terjadinya alergi terbentuk sebagai akibat dari reaksi dengan asam yang ada pada udara sekitar (yang dikenal sebagai autosidasi) atau bereaksi dengan enzim kulit.

Masyarakat moderen biasanya menganggap segala sesuatu yang berasal dari alam adalah lebih sehat dan lebih tidak membahayakan. Asalkan itu menyangkut aroma alami, yang dikenal sebagai minyak sari, banyak pabrik percaya bahwa antioksidan alami pada minyak ini akan memberikan perlindungan terhadap autosidasi sehingga membuat mereka lebih aman dan lebih lama bertahan daripada parfum buatan. Penelitian pada Universitas Gothenburg menunjukkan bahwa hal ini tidaklah demikian.

Lina Hagvall, seorang peneliti di bagian ilmu kimia di Universitas Gothenburg, telah menguji minyak lavender alami pada disertasinya. Hasilnya menunjukkan bahwa minyak esensi itu tidak mencegah pembentukan substansi yang dapat menyebabkan alergi, karena reaksinya dengan asam; sesuatu yang sebelumnya tidak mungkin dipercaya.

Tesis Hagvall juga menguji geraniol, suatu konstituen (unsur pokok) umum dari parfum seperti minyak mawar. Studi menunjukkan geraniol itu sendiri hanya punya sifat alergi yang kecil. Tetapi, melalui autosidasi dan reaksi dengan enzim kulit, substansi itu menjadi aktif dan menjadi makin erat hubungannya dengan penyebab alergi. Ini adalah pertama kalinya proses aktivasi ini diperlihatkan untuk substansi tersebut.

Adalah penting untuk menyelidiki bagaimana parfum bereaksi dengan udara atau pada kulit. Tesis Lina Hagvall menyimpulkan bahwa risiko seperti itu harus dimasukkan dalam faktor penilaian risiko kesehatan atas bahan kimia yang berhubungan dengan alergi kontak.

Tesis itu juga menunjukkan bahwa ada lebih banyak lagi parfum daripada yang dipercaya sebelumnya, yang dapat teraktivasi menjadi substansi penyebab alergi dan seharusnya lebih banyak lagi studi yang harus dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dalam bidang tersebut sehingga dapat mengurangi banyaknya masalah eksema/eksim.

Tesis Hagvall yang bertema Formasi Kulit yang Peka terhadap Terpene melalui Serangkaian Aktivasi Oksidasi. Studi Analisa Kimia, Uraian Struktur dan Percobaan Kepekaannya dipertahankan pada 30 Januari, dosen pengujinya adalah Ann-Therese Karlberg, profesor dermatochemistry (bidang kimia penyakit kulit) dan kepala program penelitian Pusat Ilmu Pengetahuan Göteborg untuk Penelitian Kulit Molekular di Universitas Gothenburg, Swedia.
(sciencedaily/pls)

Tidak ada komentar: